Beberapa jajanan yang masih disukai oleh masyarakat dan dijual di arena Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) 2009 terindikasi menggunakan pewarna pakaian yang berbahaya bagi kesehatan.
"Setelah melakukan sidak kemarin sore (Kamis, 5/2) dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) kami menemukan indikasi ada beberapa jenis jajanan yang menggunakan pewarna pakaian," kata Kepala Seksi Bimbingan Usaha Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta, Prabaningtyas, di Yogyakarta, Jumat.
"Setelah melakukan sidak kemarin sore (Kamis, 5/2) dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) kami menemukan indikasi ada beberapa jenis jajanan yang menggunakan pewarna pakaian," kata Kepala Seksi Bimbingan Usaha Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta, Prabaningtyas, di Yogyakarta, Jumat.
Menurut Prabaningtyas, kepastian penggunaan bahan pewarna pakaian dalam jajanan tersebut baru akan diketahui dalam kurun waktu satu atau dua pekan setelah melalui penelitian di laboratorium oleh BBPOM.
Dari 13 penjual jajanan yang diteliti oleh tim gabungan tersebut terdapat 10 jenis jajanan diantaranya cincau, gulali, arum manis, brondong, dan juga bakso.
Namun demikian, Prabaningtyas memastikan bahwa keempat warung yang menjual bakso tidak menggunakan bahan pengawet berjenis boraks atau formalin dalam dagangan mereka.
Tahun lalu, dalam sidak yang sama tim gabungan masih menemukan bahwa bakso dan mie basah yang dijual menggunakan formalin.
"Ini menunjukkan tingkat kesadaran dari penjual bakso untuk tidak menggunakan zat-zat berbahaya dalam makanan mereka sudah mulai ada," ujar Prabaningtyas.
Prabaningtyas melanjutkan, penjual jajanan yang masih menggunakan zat-zat berbahaya dalam makanan yang mereka jual berarti hanya menginginkan keuntungan pribadi tanpa mempedulikan kesehatan pembeli.
Setelah dapat memastikan jenis zat-zat makanan yang berbahaya dalam jajanan, Disperindagkoptan bersama BBPOM akan memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada penjual yang terbukti menggunakan zat berbahaya tersebut.
Sedangkan BBPOM akan menindaklanjutinya dengan menelusuri hingga ke produsen makanan yang menggunakan zat berbahaya tersebut untuk kemudian ditindak.(antara)
Dari 13 penjual jajanan yang diteliti oleh tim gabungan tersebut terdapat 10 jenis jajanan diantaranya cincau, gulali, arum manis, brondong, dan juga bakso.
Namun demikian, Prabaningtyas memastikan bahwa keempat warung yang menjual bakso tidak menggunakan bahan pengawet berjenis boraks atau formalin dalam dagangan mereka.
Tahun lalu, dalam sidak yang sama tim gabungan masih menemukan bahwa bakso dan mie basah yang dijual menggunakan formalin.
"Ini menunjukkan tingkat kesadaran dari penjual bakso untuk tidak menggunakan zat-zat berbahaya dalam makanan mereka sudah mulai ada," ujar Prabaningtyas.
Prabaningtyas melanjutkan, penjual jajanan yang masih menggunakan zat-zat berbahaya dalam makanan yang mereka jual berarti hanya menginginkan keuntungan pribadi tanpa mempedulikan kesehatan pembeli.
Setelah dapat memastikan jenis zat-zat makanan yang berbahaya dalam jajanan, Disperindagkoptan bersama BBPOM akan memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada penjual yang terbukti menggunakan zat berbahaya tersebut.
Sedangkan BBPOM akan menindaklanjutinya dengan menelusuri hingga ke produsen makanan yang menggunakan zat berbahaya tersebut untuk kemudian ditindak.(antara)
Comments :
Post a Comment